Wednesday, 22 June 2016

ANALISIS GEOLOGI LAUT DESA BUNATI KECAMATAN ANGSANA KAB. TANAH BUMBU. KALSEL

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Batuan adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan Selatan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah. Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29% Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Bunati adalah suatu daerah dibagian selatan Kalimantan Selatan yang berdekatan dengan pantai angsana. Sebagian tanah singkapan Pantai Bunati terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan batubara serta aktivitas pelabuhan khusus sehingga wilayah perairan pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan mempengaruhi geomorfologi pantai Desa Bunati.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan kajian mengenai struktur geologi yang berkaitan dengan mata kuliah geologi laut, untuk menjelaskan jenis dan singkapan batuan yang berada di pesisir pantai tersebut dan mengetahui proses geomorfologi pantai tersebut. 
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan Angsana :
1.        Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2.        Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3.        Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.

1.3   Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai berikut :

1.3.1.      Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah pengambilan data ini meliputi area pesisir Bunati Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, yang mencakup pantai dan laut.

1.3.2.      Ruang Lingkup Materi
a.         Mengamati dan mengidentifikasi jenis batuan tersingkap yang berada di lokasi pengambilan data geologi laut
b.        Mengambil data kelandaian pantai dan menentukan geomorfologinya
c.         Menggunakan metode Strike dan Dip
BAB II
  TINJAUAN  PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.




2.2.Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1.      Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2.      Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3.      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4.      Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5.      Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
6.      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).

2.3. Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
a)    Batuan beku
Batuan beku (Gambar 1) merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).

Gambar 1. Batuan Beku

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
·      Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-       Pada umumnya berbutir kasar
-       Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
·      Batuan beku vulkanis
Batuan beku vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-       Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-       Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
b)   Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi) (Gambar 2), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
https://geohazard009.files.wordpress.com/2015/03/graided_bedding_sed-_rocks.png
Gambar 2. Batuan Sedimen

Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
·      Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
·      Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkanmaterial terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral Batu Bara)menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimenmenjadi lebih kecil dari material semula.
·      Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
·      Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
·      Autijenesis, pembentukan mineral baru.
·      Penggantian (replacement).
·      Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
c)    Batuan metamorf
Batuan metamorf (Gambar 3) merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f9/Topas_schneckenstein_1.png
Gambar 3. Batuan Metamorf
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
·      Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
·      Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
·      Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C, kelompok mineral zeolit.
·      Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal. (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf, mereka lebih diklasifikasikanberdasarkanukuran partikelyang membentuk mereka, transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Ø  Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
a)    Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu.
b)   Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
c)    Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
d)   Proses pembentukan (Anonim 2012).

2.4. Geomorfologi Pantai
Pada  hakekatnya  geomorfologi  dapat  didefinisikan  sebagai  ilmu  tentang  roman  muka  bumi beserta  aspek-aspek  yang  mempengaruhinya.  Kata  Geomorfologi  (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya. Ada tiga faktor dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a)    Relief Orde I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka  bumi.
b)   Relief Orde II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun (Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan  atau  terbentuknya  satuan-satuan  dari  relief  dari  orde  kedua,  seperti  Dataran, Plateau, dan Pegunungan.
c)    Relief Orde III (Relief of the third order)
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan (Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde kedua.

2.5. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan  skala  yang  lebih  besar,  yang  mempelajari  obyek-obyek  geologi  seperti  cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera dan sebagainya.

2.6.Jenis-jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (a). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (b). Perlipatan (folding); dan (c). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a)    Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
·      Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama (Gambar 4). Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Gambar 4. Kekar Genus
·      Tensional Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka (Gambar 5).







Gambar5 Kekar Tensional
·      Extension  Joint  (Release  Joint)  adalah  retakan/rekahan  yang  berpola  tegak  lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
b)   Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas dan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Lipatan Antiklin (Anticline folds)                Lipatan Sinklin (Syncline folds)

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
·      Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
·      Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
·      Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.
·      Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
·      Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
·      Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
·      Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
c)    Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai,  dengan  demikian  jurus  (Strike dan dip) dan  kemiringan  dari  suatu  bidang  sesar  dapat  diukur  dan ditentukan.
Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.

Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°         Thrust Fault (Bidang Sesar < 15°)














Normal Fault (Dip Slip Fault)                       Normal Fault (Oblique Normal Fault)

Gambar 6. Struktur rekahan yang mengalami penggeseran





BAB III
  METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

3.2. Alat dan Bahan
No
Nama
Fungsi
1.
Palu Geologi
Membantu mengambil sampel batuan
2. 
Kantong sampel
Memasuukkan sampel batuan
3.
Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
4.
Kamera
Mendominasikan 
5.
Theodolit
Membantu pengukuran kontur tanah
6.
Waterpass
Mengukur kemiringan suatu lokasi
7.
Rambu ukur
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
8.
GPS
Menentukan titik koordinat
9.
Kompas Geologi
Mengukur Strike dan Dip

3.3.             Prosedur Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa Bunati adalah di setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan yaitu:
1.  Pengambilan data batuan
a.  Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang  pantai lokasi praktek. 
b.  Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.  Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d.  Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2.   Pengambilan data kelandaian pantai
       a.  Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
       b.  Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
       c.  Mencatat hasil pengukuran tersebut.
3.  Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwZFClcsOT2L-m-QfMgtiUQa4isyMtj5icKJzSCaadSdxeyxe3UetAGth6vJynF0iQeIbcaGxIuw1RT150nGm1hHrqHSt2aPIFwxXTcBtZXoOHhtR_0jipIJ6I97faJ4wR_W2GAcedmCk/s320/StrikeAndDip.jpg
Strike Dip pada bidang

Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip). Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eyeKlinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5kEfEkCgc3a7wT6SwnAFvMHnEroArh-OodVh9PDkLJ5xU3fAjdkwgMbfd0ci31CBdmPkoxXqpluOqc8zcdA7eSdHicvbg9TKEVPKATjaIWjdCROQoCE5lwvGMGkOc6oi_hAV3atm7s9I/s320/Picture1.jpg
Kompas geologi


Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.      Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-          Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-          Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur. 
-          Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-          Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.      Mencari kemiringan bidang (dip)
-          Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
-          Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
-          Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dan dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
Desa Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa.
4.2. Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data jenis batuan yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data – data jenis batuan
No
Kelompok batuan
Jenis batuan
Keterangan
1.
Batuan sedimen
Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
2.
Batuan sedimen
Batu lempung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
3.
Batuan sedimen
Batu apung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1.    Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi Selatan.

Gambar 1.  Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan  sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan  daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung  86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2. Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 2.  Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
5.    Batu Apung
            Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
            Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit

5.1. Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentangalam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.  Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi gelombang laut.  
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Gambar 3. Geomorfologi Pantai Bunati
            Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
            Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik  yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Gisik (beach) di Pantai Bunati

Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk  pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
Gambar 5. Lidah Pasir di Pantai Bunati
5.2. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada  perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak  1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).
            Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana  banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Gambar 6. Bentuk Relief  Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
Gambar 8. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Strike dan Dip
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 15:30,  diukur dengan menggunakan kompas geologi,

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Batuan adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan Selatan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah. Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29% Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Bunati adalah suatu daerah dibagian selatan Kalimantan Selatan yang berdekatan dengan pantai angsana. Sebagian tanah singkapan Pantai Bunati terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan batubara serta aktivitas pelabuhan khusus sehingga wilayah perairan pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan mempengaruhi geomorfologi pantai Desa Bunati.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan kajian mengenai struktur geologi yang berkaitan dengan mata kuliah geologi laut, untuk menjelaskan jenis dan singkapan batuan yang berada di pesisir pantai tersebut dan mengetahui proses geomorfologi pantai tersebut. 
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan Angsana :
1.        Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2.        Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3.        Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.

1.3   Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai berikut :

1.3.1.      Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah pengambilan data ini meliputi area pesisir Bunati Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, yang mencakup pantai dan laut.

1.3.2.      Ruang Lingkup Materi
a.         Mengamati dan mengidentifikasi jenis batuan tersingkap yang berada di lokasi pengambilan data geologi laut
b.        Mengambil data kelandaian pantai dan menentukan geomorfologinya
c.         Menggunakan metode Strike dan Dip
BAB II
  TINJAUAN  PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.




2.2.Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1.      Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2.      Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3.      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4.      Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5.      Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
6.      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).

2.3. Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
a)    Batuan beku
Batuan beku (Gambar 1) merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiLUJ90vXdDWlMAyB4oPRNJK2tJJuiG3bLRm9pZp98yeffKV6jo4IZUJSvg3qgSngkalGsCLtUvqfpqUdbKO62Y1joiASnLJx-Qz54SygC1EkYdb4b1c16CiyfpaVzJ8pLMs_5qTJJsE9r/s1600/diorit.jpg
Gambar 1. Batuan Beku

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
·      Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-       Pada umumnya berbutir kasar
-       Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
·      Batuan beku vulkanis
Batuan beku vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-       Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-       Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
b)   Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi) (Gambar 2), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
https://geohazard009.files.wordpress.com/2015/03/graided_bedding_sed-_rocks.png
Gambar 2. Batuan Sedimen

Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
·      Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
·      Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkanmaterial terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral Batu Bara)menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimenmenjadi lebih kecil dari material semula.
·      Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
·      Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
·      Autijenesis, pembentukan mineral baru.
·      Penggantian (replacement).
·      Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
c)    Batuan metamorf
Batuan metamorf (Gambar 3) merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f9/Topas_schneckenstein_1.png
Gambar 3. Batuan Metamorf
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
·      Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
·      Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
·      Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C, kelompok mineral zeolit.
·      Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal. (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf, mereka lebih diklasifikasikanberdasarkanukuran partikelyang membentuk mereka, transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Ø  Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
a)    Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu.
b)   Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
c)    Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
d)   Proses pembentukan (Anonim 2012).

2.4. Geomorfologi Pantai
Pada  hakekatnya  geomorfologi  dapat  didefinisikan  sebagai  ilmu  tentang  roman  muka  bumi beserta  aspek-aspek  yang  mempengaruhinya.  Kata  Geomorfologi  (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya. Ada tiga faktor dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a)    Relief Orde I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka  bumi.
b)   Relief Orde II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun (Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan  atau  terbentuknya  satuan-satuan  dari  relief  dari  orde  kedua,  seperti  Dataran, Plateau, dan Pegunungan.
c)    Relief Orde III (Relief of the third order)
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan (Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde kedua.

2.5. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan  skala  yang  lebih  besar,  yang  mempelajari  obyek-obyek  geologi  seperti  cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera dan sebagainya.

2.6.Jenis-jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (a). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (b). Perlipatan (folding); dan (c). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a)    Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
·      Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama (Gambar 4). Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Gambar 4. Kekar Genus
·      Tensional Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka (Gambar 5).







Gambar5 Kekar Tensional
·      Extension  Joint  (Release  Joint)  adalah  retakan/rekahan  yang  berpola  tegak  lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
b)   Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas dan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Lipatan Antiklin (Anticline folds)                Lipatan Sinklin (Syncline folds)

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
·      Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
·      Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
·      Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.
·      Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
·      Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
·      Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
·      Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
c)    Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai,  dengan  demikian  jurus  (Strike dan dip) dan  kemiringan  dari  suatu  bidang  sesar  dapat  diukur  dan ditentukan.
Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.

Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°         Thrust Fault (Bidang Sesar < 15°)














Normal Fault (Dip Slip Fault)                       Normal Fault (Oblique Normal Fault)

Gambar 6. Struktur rekahan yang mengalami penggeseran





BAB III
  METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

3.2. Alat dan Bahan
No
Nama
Fungsi
1.
Palu Geologi
Membantu mengambil sampel batuan
2. 
Kantong sampel
Memasuukkan sampel batuan
3.
Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
4.
Kamera
Mendominasikan 
5.
Theodolit
Membantu pengukuran kontur tanah
6.
Waterpass
Mengukur kemiringan suatu lokasi
7.
Rambu ukur
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
8.
GPS
Menentukan titik koordinat
9.
Kompas Geologi
Mengukur Strike dan Dip

3.3.             Prosedur Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa Bunati adalah di setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan yaitu:
1.  Pengambilan data batuan
a.  Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang  pantai lokasi praktek. 
b.  Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.  Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d.  Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2.   Pengambilan data kelandaian pantai
       a.  Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
       b.  Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
       c.  Mencatat hasil pengukuran tersebut.
3.  Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwZFClcsOT2L-m-QfMgtiUQa4isyMtj5icKJzSCaadSdxeyxe3UetAGth6vJynF0iQeIbcaGxIuw1RT150nGm1hHrqHSt2aPIFwxXTcBtZXoOHhtR_0jipIJ6I97faJ4wR_W2GAcedmCk/s320/StrikeAndDip.jpg
Strike Dip pada bidang

Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip). Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eyeKlinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5kEfEkCgc3a7wT6SwnAFvMHnEroArh-OodVh9PDkLJ5xU3fAjdkwgMbfd0ci31CBdmPkoxXqpluOqc8zcdA7eSdHicvbg9TKEVPKATjaIWjdCROQoCE5lwvGMGkOc6oi_hAV3atm7s9I/s320/Picture1.jpg
Kompas geologi


Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.      Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-          Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-          Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur. 
-          Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-          Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.      Mencari kemiringan bidang (dip)
-          Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
-          Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
-          Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dan dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
Desa Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa.
4.2. Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data jenis batuan yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data – data jenis batuan
No
Kelompok batuan
Jenis batuan
Keterangan
1.
Batuan sedimen
Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
2.
Batuan sedimen
Batu lempung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
3.
Batuan sedimen
Batu apung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1.    Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi Selatan.

Gambar 1.  Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan  sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan  daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung  86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2. Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 2.  Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
5.    Batu Apung
            Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
            Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit

5.1. Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentangalam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.  Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi gelombang laut.  
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Gambar 3. Geomorfologi Pantai Bunati
            Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
            Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik  yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Gisik (beach) di Pantai Bunati

Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk  pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
Gambar 5. Lidah Pasir di Pantai Bunati
5.2. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada  perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak  1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).
            Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana  banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Gambar 6. Bentuk Relief  Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
Gambar 8. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Strike dan Dip
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 15:30,  diukur dengan menggunakan kompas geologi,

Gambar 9. strike dan dip di Pantai Bunati



Gambar 9. strike dan dip di Pantai Bunati