BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Batuan
adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik
melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan
Selatan (termasuk pegunungan Schwaner)
mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah
batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di
atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil
metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu
kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang
berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah
propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki
garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah.
Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi
menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian
besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29%
Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang
membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian
besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Bunati
adalah suatu daerah dibagian selatan Kalimantan Selatan yang berdekatan dengan
pantai angsana. Sebagian tanah singkapan Pantai Bunati
terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Bunati
terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan
batuan batubara serta aktivitas pelabuhan khusus sehingga wilayah perairan
pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang
disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan mempengaruhi
geomorfologi pantai Desa Bunati.
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu diadakan kajian mengenai struktur geologi yang
berkaitan dengan mata kuliah geologi laut, untuk menjelaskan jenis dan
singkapan batuan yang berada di pesisir pantai tersebut dan mengetahui proses
geomorfologi pantai tersebut.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek
lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan
Angsana :
1.
Mengidentifikasi secara
visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2.
Mengetahui struktur
batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3.
Mengetahui proses
geomorfologi pantai di lokasi tersebut.
1.3 Ruang
Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati
adalah sebagai berikut :
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah pengambilan data ini meliputi
area pesisir Bunati Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, yang mencakup pantai
dan laut.
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
a.
Mengamati dan mengidentifikasi
jenis batuan tersingkap yang berada di lokasi pengambilan data geologi laut
b.
Mengambil data kelandaian
pantai dan menentukan geomorfologinya
c.
Menggunakan metode Strike dan Dip
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi
geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan Logos yang
artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim,2012).
Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu
ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta
penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya
hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah
ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan
sejarahnya.
Geologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau
dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil
yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis
batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian
bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai
konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam
tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah
dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo
(1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer
(Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi
ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang bersifat
deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki
lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah
perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan
yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu
disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah
lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2.Manfaat Mempelajari
Geologi Laut
Cakupan
dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari
apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam
mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk
mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet
khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu
menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana
bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh
manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat
tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat
membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam
hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung
juga pada jenis atau macam batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana
alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3. Jenis Batuan
Berdasarkan
kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
a) Batuan beku
Batuan beku (Gambar 1) merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum,
mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction
series (Nurdin 2009).
Gambar 1. Batuan Beku
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi
menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
· Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya
jauh di dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan
yangberjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang
sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-
Pada umumnya berbutir kasar
-
Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
· Batuan beku vulkanis
Batuan beku vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-
Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-
Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
b) Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil
pengendapan (sedimentasi) (Gambar 2), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi
mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa
(Nurdin 2009).
Gambar 2. Batuan Sedimen
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut
diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
· Kompaksi, yaitu pembentukan akibat
beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar
butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau
padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
· Sementasi, yaitu proses keluarnya
air pori-pori yang mengendapkanmaterial terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida
atau mineral Batu Bara)menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas
sedimenmenjadi lebih kecil dari material semula.
· Rekristalisasi, dimana
mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen terakumulasi mengkristal
kembali menjadi stabil (kalsit).
· Pelarutan, terjadi karena ada
tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas
dan akhirnya terjadi pelarutan.
· Autijenesis, pembentukan mineral
baru.
· Penggantian (replacement).
· Bioturbasi, yaitu penghancuran
lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
c) Batuan metamorf
Batuan metamorf (Gambar 3) merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan
P>300Mpa) yang terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan
mineralogi yang berbeda.
Gambar 3. Batuan Metamorf
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.
Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
· Metamorfisme kataklastik (jarang
terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan
hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya
terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
· Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan
suhu (intrusi magma), terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi,
metamorfisme aureol
· Metamorfisme beban (burial), akibat
tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C, kelompok mineral zeolit.
· Metamorfisme regional, pada kerak
benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal. (Nurdin
2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka.
Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf,
mereka lebih diklasifikasikanberdasarkanukuran partikelyang membentuk mereka,
transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn
1987).
Ø Pengkelasan ini dibuat dengan
berdasarkan:
a) Kandungan mineral yaitu jenis-jenis
mineral yang terdapat di dalam batu.
b) Tekstur batu, yaitu ukuran dan
bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
c) Struktur batu, yaitu susunan hablur
mineral di dalam batu.
d) Proses pembentukan (Anonim 2012).
2.4. Geomorfologi Pantai
Pada hakekatnya geomorfologi
dapat didefinisikan sebagai
ilmu tentang roman muka
bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Kata
Geomorfologi (Geomorphology)
berasal bahasa Yunani,
yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan
tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi
sebagai diskripsi dan tafsiran dari
bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas
dari sekedar ilmu
pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum,
seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin)
dan paparan benua (continental
platform), serta bentuk-bentuk struktur
yang lebih kecil dari
yang disebut diatas, seperti plain, plateau,
mountain dan sebagainya. Ada tiga
faktor dalam mempelajari geomorfologi, yaitu:
struktur, proses dan stadia.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang
sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar
lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat
dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a) Relief Orde I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan
Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang
sangat luas dimuka bumi.
b) Relief Orde II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang
membangun (Constructional forms), hal
ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang
bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan
tempat keberadaan atau terbentuknya
satuan-satuan dari relief
dari orde kedua,
seperti Dataran, Plateau, dan
Pegunungan.
c) Relief Orde III (Relief of the third order)
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat
menghancurkan (Destructional forms),
hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen.
Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai
pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk
bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam
konstruksional dari relief orde kedua.
2.5. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu
geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari
proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran
pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum
pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang
lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi
seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera dan sebagainya.
2.6.Jenis-jenis Struktur
Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur
yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada
batuan, yaitu: (a). Kekar (fractures)
dan Rekahan (cracks); (b). Perlipatan
(folding); dan (c). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur
tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a) Kekar
adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum
dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi
mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan
breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya
dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
· Shear Joint
(Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan
membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama (Gambar 4). Kekar jenis shear joint umumnya
bersifat tertutup.
Gambar 4. Kekar Genus
· Tensional Joint
adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya
bentuk rekahan bersifat terbuka (Gambar 5).
Gambar5 Kekar
Tensional
· Extension Joint (Release
Joint) adalah retakan/rekahan yang
berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk
rekahan umumnya terbuka.
b)
Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan
batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan
semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat
dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah
atas dan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Lipatan Antiklin (Anticline folds)
Lipatan Sinklin (Syncline folds)
Berdasarkan kedudukan garis sumbu
dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
· Lipatan
Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
· Lipatan
Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
· Lipatan
Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama.
· Lipatan
Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
· Lipatan
Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
· Lipatan
Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
· Lipatan
Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
c)
Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah
mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal
melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ;
c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran
kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores
garis, lipatan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe
tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap
sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat
dipakai, dengan demikian
jurus (Strike dan dip) dan
kemiringan dari suatu
bidang sesar dapat
diukur dan ditentukan.
Strike atau jurus adalah arah
garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara,
sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang
planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa
itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya
ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°) Thrust Fault (Bidang Sesar
< 15°)
Normal Fault (Dip Slip Fault)
Normal Fault (Oblique Normal Fault)
Gambar 6. Struktur
rekahan yang mengalami penggeseran
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April
s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di
Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan
Bahan
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Palu Geologi
|
Membantu mengambil sampel batuan
|
2.
|
Kantong sampel
|
Memasuukkan sampel batuan
|
3.
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil pengamatan
|
4.
|
Kamera
|
Mendominasikan
|
5.
|
Theodolit
|
Membantu pengukuran kontur tanah
|
6.
|
Waterpass
|
Mengukur kemiringan suatu lokasi
|
7.
|
Rambu ukur
|
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
|
8.
|
GPS
|
Menentukan titik koordinat
|
9.
|
Kompas Geologi
|
Mengukur Strike
dan Dip
|
3.3.
Prosedur Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa
Bunati adalah di
setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada
saat pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati
dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang pantai lokasi praktek.
b.
Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.
Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d.
Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik
lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan
pengambilan data menggunakan theodolit
dan waterpass
c. Mencatat hasil
pengukuran tersebut.
3. Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan
struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi
dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu
Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip.
Strike atau jurus adalah arah garis yang
dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari
arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk
antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah
bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar,
bidang sesar, dll.
Strike Dip pada bidang
Strike Dip pada
batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga
ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil
pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip)
dan dibaca North to East (Nilai Strike) and
(Nilai Dip). Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada
perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas
Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang
berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi
horizontal.
Kompas geologi
Langkah-langkah
dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.
Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-
Kenali dulu arah utara pada kompas,
agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-
Tempelkan sisi kompas yang bertanda
"E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
-
Posisikan kompas secara horizontal
dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-
Catat derajat yang di bentuk oleh
jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat
garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.
Mencari kemiringan bidang (dip)
-
Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
-
Putar tuas klinometer agar gelembung
udara di dalam nya berada di tengah.
-
Catat angka yang tertera pada jarum
klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas
Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3
titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di
lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dan dip ini dapat
diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
Desa Bunati
merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara
berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan
Muara Sebamban.
Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk
Desa Bunati berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa.
4.2.
Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data jenis batuan yang
diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1. Data – data jenis batuan
No
|
Kelompok batuan
|
Jenis batuan
|
Keterangan
|
1.
|
Batuan sedimen
|
Batu bara (Paleogen)
|
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
|
2.
|
Batuan sedimen
|
Batu lempung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
3.
|
Batuan sedimen
|
Batu apung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
Berdasarkan tabel
di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis
batu lempung, dan batu bara (palogen).
Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi
atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1. Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan
intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara
serta Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Batu Bara (Sumber
foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan
sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari
proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan
daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan
dengan lingkungan daratan), apabila
mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi
bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan
biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu
bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada
industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam
coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih
mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk
pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat,
terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari
beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk
PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber
tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk
padat.
2. Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk
partikel mineral
berkerangka dasar silikat
yang berdiameter
kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium
yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi.
Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 2.
Batu Lempung
(Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen
klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar
ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran
butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket
apabila basah terkena air.
Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida
silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki
lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1
memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium.
Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat
kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah
dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
5. Batu Apung
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna
terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan
biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami
transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.
Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak
(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di
dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen
dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu
apung adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit
5.1.
Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentangalam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil
proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang
berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu. Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah
barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai
landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut.
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya
termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat
erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun
terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran
sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal
dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai
jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Gambar 3. Geomorfologi
Pantai Bunati
Bentukan lahan yang terbentuk di
desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai
dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara
sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan
asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk
dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan
pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu gisik
(beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada
lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa Bunati
merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi
oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar
garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus.
Sebagaimana terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Gisik
(beach) di Pantai Bunati
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi
praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga
arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari
arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah
laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada
di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
Gambar 5. Lidah
Pasir di Pantai Bunati
5.2. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil
kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di
bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan
Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut,
menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari
Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di
pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak
terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut
maksimal 11 m.
Profil kedalaman
di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada
jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada
jarak 6 – 16 km. Pengaruh
gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin
dominan dari arah tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman
pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk
pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum
berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal
mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati
dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun
dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil
kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang
tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari
sungai maupun laut.
Bentuk
relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi
di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi
adalah masuknya muatan sedimen ke dalam
suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
Gambar 6. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk
relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah
muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di
sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai dan
(c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
Gambar 8. Peta Pola Kedalaman Perairan
Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Strike dan Dip
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o
dan N 83o E/3o, pengambilan data
pukul 15:30, diukur
dengan menggunakan kompas geologi,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Batuan
adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik
melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan
Selatan (termasuk pegunungan Schwaner)
mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah
batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di
atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil
metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu
kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang
berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah
propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki
garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah.
Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi
menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian
besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29%
Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang
membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian
besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Bunati
adalah suatu daerah dibagian selatan Kalimantan Selatan yang berdekatan dengan
pantai angsana. Sebagian tanah singkapan Pantai Bunati
terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Bunati
terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan
batuan batubara serta aktivitas pelabuhan khusus sehingga wilayah perairan
pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang
disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan mempengaruhi
geomorfologi pantai Desa Bunati.
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu diadakan kajian mengenai struktur geologi yang
berkaitan dengan mata kuliah geologi laut, untuk menjelaskan jenis dan
singkapan batuan yang berada di pesisir pantai tersebut dan mengetahui proses
geomorfologi pantai tersebut.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek
lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan
Angsana :
1.
Mengidentifikasi secara
visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2.
Mengetahui struktur
batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3.
Mengetahui proses
geomorfologi pantai di lokasi tersebut.
1.3 Ruang
Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati
adalah sebagai berikut :
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah pengambilan data ini meliputi
area pesisir Bunati Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, yang mencakup pantai
dan laut.
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
a.
Mengamati dan mengidentifikasi
jenis batuan tersingkap yang berada di lokasi pengambilan data geologi laut
b.
Mengambil data kelandaian
pantai dan menentukan geomorfologinya
c.
Menggunakan metode Strike dan Dip
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi
geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan Logos yang
artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim,2012).
Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu
ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta
penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya
hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah
ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan
sejarahnya.
Geologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau
dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil
yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis
batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian
bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai
konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam
tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah
dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo
(1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer
(Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi
ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang bersifat
deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki
lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah
perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan
yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu
disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah
lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2.Manfaat Mempelajari
Geologi Laut
Cakupan
dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari
apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam
mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk
mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet
khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu
menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana
bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh
manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat
tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat
membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam
hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung
juga pada jenis atau macam batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana
alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3. Jenis Batuan
Berdasarkan
kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
a) Batuan beku
Batuan beku (Gambar 1) merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum,
mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction
series (Nurdin 2009).
Gambar 1. Batuan Beku
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi
menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
· Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya
jauh di dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan
yangberjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang
sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-
Pada umumnya berbutir kasar
-
Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
· Batuan beku vulkanis
Batuan beku vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-
Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-
Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
b) Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil
pengendapan (sedimentasi) (Gambar 2), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi
mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa
(Nurdin 2009).
Gambar 2. Batuan Sedimen
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut
diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
· Kompaksi, yaitu pembentukan akibat
beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar
butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau
padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
· Sementasi, yaitu proses keluarnya
air pori-pori yang mengendapkanmaterial terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida
atau mineral Batu Bara)menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas
sedimenmenjadi lebih kecil dari material semula.
· Rekristalisasi, dimana
mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen terakumulasi mengkristal
kembali menjadi stabil (kalsit).
· Pelarutan, terjadi karena ada
tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas
dan akhirnya terjadi pelarutan.
· Autijenesis, pembentukan mineral
baru.
· Penggantian (replacement).
· Bioturbasi, yaitu penghancuran
lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
c) Batuan metamorf
Batuan metamorf (Gambar 3) merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan
P>300Mpa) yang terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan
mineralogi yang berbeda.
Gambar 3. Batuan Metamorf
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.
Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
· Metamorfisme kataklastik (jarang
terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan
hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya
terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
· Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan
suhu (intrusi magma), terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi,
metamorfisme aureol
· Metamorfisme beban (burial), akibat
tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C, kelompok mineral zeolit.
· Metamorfisme regional, pada kerak
benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal. (Nurdin
2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka.
Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf,
mereka lebih diklasifikasikanberdasarkanukuran partikelyang membentuk mereka,
transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn
1987).
Ø Pengkelasan ini dibuat dengan
berdasarkan:
a) Kandungan mineral yaitu jenis-jenis
mineral yang terdapat di dalam batu.
b) Tekstur batu, yaitu ukuran dan
bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
c) Struktur batu, yaitu susunan hablur
mineral di dalam batu.
d) Proses pembentukan (Anonim 2012).
2.4. Geomorfologi Pantai
Pada hakekatnya geomorfologi
dapat didefinisikan sebagai
ilmu tentang roman muka
bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Kata
Geomorfologi (Geomorphology)
berasal bahasa Yunani,
yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan
tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi
sebagai diskripsi dan tafsiran dari
bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas
dari sekedar ilmu
pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum,
seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin)
dan paparan benua (continental
platform), serta bentuk-bentuk struktur
yang lebih kecil dari
yang disebut diatas, seperti plain, plateau,
mountain dan sebagainya. Ada tiga
faktor dalam mempelajari geomorfologi, yaitu:
struktur, proses dan stadia.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang
sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar
lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat
dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a) Relief Orde I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan
Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang
sangat luas dimuka bumi.
b) Relief Orde II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang
membangun (Constructional forms), hal
ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang
bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan
tempat keberadaan atau terbentuknya
satuan-satuan dari relief
dari orde kedua,
seperti Dataran, Plateau, dan
Pegunungan.
c) Relief Orde III (Relief of the third order)
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat
menghancurkan (Destructional forms),
hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen.
Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai
pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk
bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam
konstruksional dari relief orde kedua.
2.5. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu
geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari
proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran
pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum
pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang
lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi
seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera dan sebagainya.
2.6.Jenis-jenis Struktur
Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur
yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada
batuan, yaitu: (a). Kekar (fractures)
dan Rekahan (cracks); (b). Perlipatan
(folding); dan (c). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur
tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a) Kekar
adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum
dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi
mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan
breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya
dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
· Shear Joint
(Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan
membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama (Gambar 4). Kekar jenis shear joint umumnya
bersifat tertutup.
Gambar 4. Kekar Genus
· Tensional Joint
adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya
bentuk rekahan bersifat terbuka (Gambar 5).
Gambar5 Kekar
Tensional
· Extension Joint (Release
Joint) adalah retakan/rekahan yang
berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk
rekahan umumnya terbuka.
b)
Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan
batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan
semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat
dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah
atas dan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Lipatan Antiklin (Anticline folds)
Lipatan Sinklin (Syncline folds)
Berdasarkan kedudukan garis sumbu
dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
· Lipatan
Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
· Lipatan
Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
· Lipatan
Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama.
· Lipatan
Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
· Lipatan
Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
· Lipatan
Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
· Lipatan
Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
c)
Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah
mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal
melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ;
c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran
kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores
garis, lipatan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe
tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap
sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat
dipakai, dengan demikian
jurus (Strike dan dip) dan
kemiringan dari suatu
bidang sesar dapat
diukur dan ditentukan.
Strike atau jurus adalah arah
garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara,
sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang
planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa
itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya
ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°) Thrust Fault (Bidang Sesar
< 15°)
Normal Fault (Dip Slip Fault)
Normal Fault (Oblique Normal Fault)
Gambar 6. Struktur
rekahan yang mengalami penggeseran
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April
s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di
Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan
Bahan
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Palu Geologi
|
Membantu mengambil sampel batuan
|
2.
|
Kantong sampel
|
Memasuukkan sampel batuan
|
3.
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil pengamatan
|
4.
|
Kamera
|
Mendominasikan
|
5.
|
Theodolit
|
Membantu pengukuran kontur tanah
|
6.
|
Waterpass
|
Mengukur kemiringan suatu lokasi
|
7.
|
Rambu ukur
|
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
|
8.
|
GPS
|
Menentukan titik koordinat
|
9.
|
Kompas Geologi
|
Mengukur Strike
dan Dip
|
3.3.
Prosedur Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa
Bunati adalah di
setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada
saat pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati
dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang pantai lokasi praktek.
b.
Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.
Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d.
Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik
lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan
pengambilan data menggunakan theodolit
dan waterpass
c. Mencatat hasil
pengukuran tersebut.
3. Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan
struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi
dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu
Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip.
Strike atau jurus adalah arah garis yang
dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari
arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk
antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah
bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar,
bidang sesar, dll.
Strike Dip pada bidang
Strike Dip pada
batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga
ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil
pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip)
dan dibaca North to East (Nilai Strike) and
(Nilai Dip). Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada
perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas
Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang
berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi
horizontal.
Kompas geologi
Langkah-langkah
dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.
Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-
Kenali dulu arah utara pada kompas,
agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-
Tempelkan sisi kompas yang bertanda
"E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
-
Posisikan kompas secara horizontal
dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-
Catat derajat yang di bentuk oleh
jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat
garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.
Mencari kemiringan bidang (dip)
-
Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
-
Putar tuas klinometer agar gelembung
udara di dalam nya berada di tengah.
-
Catat angka yang tertera pada jarum
klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas
Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3
titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di
lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dan dip ini dapat
diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
Desa Bunati
merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara
berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan
Muara Sebamban.
Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk
Desa Bunati berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa.
4.2.
Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data jenis batuan yang
diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1. Data – data jenis batuan
No
|
Kelompok batuan
|
Jenis batuan
|
Keterangan
|
1.
|
Batuan sedimen
|
Batu bara (Paleogen)
|
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
|
2.
|
Batuan sedimen
|
Batu lempung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
3.
|
Batuan sedimen
|
Batu apung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
Berdasarkan tabel
di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis
batu lempung, dan batu bara (palogen).
Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi
atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1. Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan
intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara
serta Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Batu Bara (Sumber
foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan
sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari
proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan
daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan
dengan lingkungan daratan), apabila
mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi
bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan
biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu
bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada
industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam
coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih
mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk
pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat,
terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari
beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk
PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber
tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk
padat.
2. Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk
partikel mineral
berkerangka dasar silikat
yang berdiameter
kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium
yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi.
Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 2.
Batu Lempung
(Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen
klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar
ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran
butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket
apabila basah terkena air.
Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida
silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki
lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1
memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium.
Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat
kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah
dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
5. Batu Apung
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna
terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan
biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami
transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.
Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak
(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di
dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen
dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu
apung adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit
5.1.
Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentangalam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil
proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang
berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu. Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah
barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai
landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut.
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya
termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat
erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun
terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran
sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal
dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai
jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Gambar 3. Geomorfologi
Pantai Bunati
Bentukan lahan yang terbentuk di
desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai
dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara
sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan
asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk
dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan
pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu gisik
(beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada
lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa Bunati
merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi
oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar
garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus.
Sebagaimana terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Gisik
(beach) di Pantai Bunati
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi
praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga
arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari
arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah
laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada
di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
Gambar 5. Lidah
Pasir di Pantai Bunati
5.2. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil
kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di
bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan
Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut,
menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari
Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di
pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak
terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut
maksimal 11 m.
Profil kedalaman
di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada
jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada
jarak 6 – 16 km. Pengaruh
gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin
dominan dari arah tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman
pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk
pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum
berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal
mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati
dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun
dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil
kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang
tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari
sungai maupun laut.
Bentuk
relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi
di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi
adalah masuknya muatan sedimen ke dalam
suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
Gambar 6. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan bentuk
relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah
muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di
sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai dan
(c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
Gambar 8. Peta Pola Kedalaman Perairan
Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Strike dan Dip
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o
dan N 83o E/3o, pengambilan data
pukul 15:30, diukur
dengan menggunakan kompas geologi,
Gambar 9. strike dan dip
di Pantai Bunati
Gambar 9. strike dan dip
di Pantai Bunati